Home Daerah

Ziarah Leluhur Warnai Hari Jadi Bojonegoro ke-348, Napak Tilas Spiritual Menuju Semangat Kebersamaan

by Media Rajawali - 17 Oktober 2025, 23:21 WIB

  • Oleh : Budi Hartono 

Bojonegoro, 17 Oktober 2025 — Di bawah langit Bojonegoro yang teduh pada Jumat siang, rombongan kecil tampak bergerak perlahan menuju Desa Ngasreh, Kecamatan Dander. Di desa yang sarat sejarah ini, langkah awal ziarah leluhur dalam rangka memperingati Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-348 resmi dimulai, sebuah tradisi yang bukan sekadar ritual tahunan, melainkan perjalanan batin untuk menelusuri jejak sejarah dan menyalakan kembali semangat kebersamaan yang diwariskan para pendahulu.

Rombongan ziarah dipimpin oleh Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, didampingi sang istri Cantika Wahono, Wakil Bupati Nurul Azizah, serta sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Dengan busana serba putih, mereka memulai perjalanan spiritual yang penuh makna, menundukkan kepala dalam doa di setiap makam yang mereka singgahi.

Ziarah pertama dilakukan di Makam Haryo Matahun, sosok yang dikenal sebagai salah satu pembuka wilayah Bojonegoro di masa awal berdirinya daerah ini. Suasana hening menyelimuti kompleks makam; doa-doa dipanjatkan lirih, berpadu dengan hembusan angin yang membawa aroma tanah dan dedaunan basah. Dari sana, perjalanan berlanjut ke Makam Adipati Djojonogoro di Desa Mojoranu, dan ditutup di Makam Kanjeng Sumantri di Kelurahan Mojokampung, jantung kota Bojonegoro.

Baca juga:

Dalam pernyataannya, Bupati Setyo Wahono menegaskan bahwa peringatan HJB tahun ini menjadi momentum reflektif bagi seluruh masyarakat untuk meneladani nilai perjuangan, gotong royong, dan pengabdian yang diwariskan para leluhur.

  • “Kita sebagai generasi penerus harus mampu meneruskan perjuangan dan semangat para leluhur. Bojonegoro yang kita cintai tentu diimpikan menjadi daerah yang sejahtera, dengan terus berkolaborasi dan bersinergi membangun Bojonegoro yang lebih baik,” ujarnya dengan nada penuh keyakinan.

Sebagai bagian dari rangkaian peringatan HJB ke-348, Bupati juga menginstruksikan para kepala desa di seluruh wilayah Bojonegoro untuk menggelar tasyakuran bersama warga. Tradisi ini dimaknai sebagai wujud syukur atas perjalanan panjang daerah yang kini bertransformasi menjadi salah satu pusat pertumbuhan di Jawa Timur.

Dari pelosok desa hingga pusat kota, masyarakat bersatu dalam suasana syukur. Tumpeng disajikan, doa dipanjatkan, dan semangat kebersamaan mengalir di setiap sudut Bojonegoro.

  • “Harapannya, masyarakat ikut memiliki Kabupaten Bojonegoro. Tidak hanya menikmati hasil pembangunan, tetapi juga menjaga, mencintai, dan berkontribusi dalam kemajuan daerah ini,” tambah Bupati Wahono.

Ziarah dan tasyakuran ini menjadi simbol bahwa Hari Jadi Bojonegoro bukan hanya perayaan usia, tetapi juga pengingat akan jati diri dan semangat kolektif yang menjadi fondasi kemajuan. Di antara doa dan langkah yang khidmat, gema kebersamaan itu terasa nyata, menegaskan bahwa Bojonegoro terus melangkah maju, berpijak pada akar sejarah yang kokoh, dan menatap masa depan dengan keyakinan yang utuh.

Share :