Home Daerah

Sedekah Bumi Dusun Peting: Napas Budaya yang Menghidupi Warisan Leluhur

by Media Rajawali - 04 Juli 2025, 15:25 WIB

Ngraho, Bojonegoro — Di bawah rindang pepohonan yang menua bersama sejarah, di pelataran luas Dusun Peting, Desa Kalirejo, Kecamatan Ngraho, ratusan warga berkumpul dalam khidmat. Mereka larut dalam perhelatan adat penuh makna: Sedekah Bumi. Tradisi yang diwariskan turun-temurun ini bukan sekadar prosesi ritual, melainkan ungkapan syukur atas berkah alam sekaligus jembatan batin yang menyatukan generasi dalam ikatan budaya dan kebersamaan.

Sejak pagi, suasana desa telah berubah menjadi semacam ruang sakral terbuka. Terpal biru dibentang, tikar dianyam rapi, dan daun pisang disusun sebagai alas makan. Di atasnya, warga menata tumpeng, ingkung ayam, sayuran hasil bumi, hingga jajan pasar, semuanya menjadi simbol persembahan kepada Sang Pencipta dan bentuk hormat kepada leluhur yang telah lebih dahulu menapak tanah yang sama, yakni tanah warisan yang kini mereka tinggali dan rawat bersama.

Frasa itu bukan sekadar gambaran fisik, melainkan cerminan batin: bahwa mereka kini hidup, bekerja, dan berdoa di atas tanah yang dahulu juga ditapaki oleh para pendahulu, orang tua, kakek, dan buyut mereka, yang menghidupkan desa dengan nilai-nilai kerja keras, kebersamaan, dan penghormatan pada alam. Dengan kata lain, warga Kalirejo sadar bahwa mereka bukan hanya pewaris tanah, tetapi juga pewaris tanggung jawab untuk menjaga harmoni yang telah dirintis sejak lama.

Tradisi ini juga memiliki kedalaman spiritual tersendiri, sebab di kawasan dusun ini pula berdiri makam Buyut Ugroseno, tokoh leluhur yang diyakini sebagai cikal bakal pembuka wilayah Peting. Sosok ini bukan hanya dipandang sebagai pendiri, tetapi juga penjaga moral dan nilai adat masyarakat. Makam tersebut kerap menjadi titik ziarah sebelum prosesi Sedekah Bumi dimulai, sebagai bentuk penghormatan kepada asal-muasal keberadaan desa dan ikatan yang tak kan pernah terputus antara masa lalu dan masa kini.

Tak sekadar makan bersama, acara ini diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat, disusul dengan pembacaan tahlil serta harapan agar desa selalu dilimpahi keselamatan, hasil panen melimpah, dan dijauhkan dari marabahaya.

Kepala Desa Kalirejo, Sujud, dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga warisan budaya sebagai pilar harmoni desa.

Baca juga:

“Sedekah Bumi adalah warisan luhur yang tak ternilai. Ini bukan hanya tentang ritual, tapi tentang bagaimana kita menjaga hubungan dengan bumi, sesama manusia, dan Tuhan. Selama kita masih bersyukur, desa ini akan tetap diberkahi,” ungkapnya.

Usai doa dan pembagian berkat, lantunan gamelan mengalun pelan dari panggung sederhana di sisi barat lokasi. Di bawah tenda berukuran sedang, para pemain gamelan dan sinden duduk bersila, membawakan tembang-tembang Jawa klasik yang menggugah suasana. Setiap denting saron dan kenong seperti mengikat ruang dan waktu, membawa hadirin menelusuri jejak leluhur mereka yang telah sejak lama memuliakan bumi ini, dengan penuh kesadaran yang dalam.

Acara kian meriah dengan hadirnya stan kuliner lokal dan permainan rakyat yang disediakan di pinggir area utama. Anak-anak saling berlarian membawa balon, sementara para orang tua saling bercakap di bawah naungan pohon. Di balik kesederhanaannya, tradisi ini memancarkan kebijaksanaan, bahwa kebahagiaan bisa tumbuh dari tanah yang dijaga bersama dan kebersamaan yang dipelihara dengan tulus.

Salah satu sesepuh desa, Mbah Samin (82), menyampaikan kegembiraannya melihat anak cucu ikut ambil bagian.

“Dulu kami hanya duduk di tikar dan makan seadanya. Tapi semangatnya sama: syukur dan rukun. Sekarang, anak-anak muda juga ikut nyengkuyung. InsyaAllah, tradisi ini tak akan punah,” ucapnya sambil tersenyum.

Tradisi Sedekah Bumi Dusun Peting bukan hanya tentang mempersembahkan hasil bumi atau berkumpul sesaat. Ia adalah pesan budaya yang terus hidup bahwa di tengah derasnya arus modernitas, masih ada ruang untuk menghormati tanah, menghidupkan ingatan leluhur, dan menanam kembali nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari.

REDAKSI 

Share :