- Oleh : Budi Hartono
Bojonegoro – Persoalan sampah yang kerap dianggap beban, perlahan diubah menjadi berkah melalui program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB) yang digagas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro. Program ini bukan sekadar upaya menjaga kebersihan lingkungan, melainkan strategi membangun ekonomi sirkular dari skala keluarga hingga desa.
Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, menegaskan pentingnya sinergi seluruh elemen masyarakat dalam menjalankan program SDSB. Hal itu disampaikannya saat memberikan pengarahan dalam kegiatan Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Pendopo Malowopati, Kamis (25/9/2025).
Menurutnya, SDSB kini telah aktif di 65 desa. Meski masih jauh dari target ideal, program ini membuktikan bahwa sampah memiliki nilai ekonomi jika dikelola dengan tepat. “Sampah yang ditangani dengan baik tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga bisa menjadi penghasilan tambahan. Bahkan, ada yang mampu mengubah jalan hidupnya,” ujar Nurul.
Ia mencontohkan kisah inspiratif Samsul, warga Bojonegoro yang memulai profesinya sebagai pengepul sampah hingga mampu menyekolahkan dua anaknya ke perguruan tinggi. Kini, salah satu anaknya telah diterima sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). “Ini bukti nyata bahwa sampah bisa bertransformasi menjadi rupiah dan berkah,” imbuhnya.
Baca juga:
Wabup juga menekankan bahwa SDSB sejalan dengan empat program pemerintah pusat, Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Sekolah Rakyat, CKG, dan KDMP, serta lima prioritas pembangunan kabupaten yang dicanangkan Bupati Setyo Wahono, yaitu pengentasan kemiskinan, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pertumbuhan ekonomi, penurunan pengangguran, dan konektivitas wilayah.
Senada dengan itu, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bojonegoro, Cantika Wahono, menyebut SDSB sebagai gerakan strategis yang mampu menyentuh akar persoalan lingkungan sekaligus membangun kesadaran kolektif. Menurutnya, PKK berperan penting dalam menggerakkan perubahan perilaku di tingkat keluarga. “Dari rumah tangga, sampah harus dipilah. PKK hadir untuk memastikan masyarakat bergerak dari unit terkecil agar dampaknya nyata dan berkelanjutan,” ungkap Cantika.
Pada sesi berbagi pengalaman, Samsul menuturkan kisah perjalanannya membangun Paguyuban Pengepul Sampah Berkah Bojonegoro. Dari profesi sederhana sebagai pengepul, kini ia mampu meraih penghasilan hingga Rp25 juta per bulan. “Cita-cita itu akhirnya terwujud berkat pengelolaan sampah,” katanya dengan bangga.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro, Luluk Alifah, memaparkan bahwa saat ini terdapat 176 bank sampah di kabupaten tersebut. Namun, baru 65 yang aktif, sementara 111 lainnya belum berjalan optimal. “Karena itu, diperlukan penguatan peran desa dalam membina dan mengaktifkan bank sampah. Dengan begitu, timbunan sampah rumah tangga bisa ditekan sebelum menjadi persoalan lingkungan yang lebih besar,” tegas Luluk.
Dengan program SDSB, Pemkab Bojonegoro berharap sampah tidak lagi dipandang sekadar limbah, melainkan sumber daya yang mampu mendatangkan manfaat ekonomi sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.