Home Internasional

Saldo Rp12 Juta Raib, Nasabah BRI Soroti Keamanan Sistem Perbankan Digital

by Media Rajawali - 16 November 2024, 23:05 WIB

Makassar, Sulawesi Selatan – Transformasi teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam sektor perbankan, menawarkan kemudahan dan efisiensi bagi masyarakat. Namun, di balik kenyamanan tersebut, ancaman kejahatan siber terus menghantui. Salah satu korban terbaru adalah Syamsuddin, seorang nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Makassar, yang kehilangan saldo sebesar Rp12 juta akibat aksi pembobolan rekening.

Insiden ini terjadi dalam dua tahap, masing-masing pada tanggal 21 September 2024 dan 15 November 2024. Syamsuddin, yang berdomisili di Jalan Baju Pamai V No. 18, mendapati bahwa dana tabungannya telah lenyap tanpa sepengetahuannya.

"Bagi orang seperti saya, jumlah ini sangat berarti. Kehilangan ini benar-benar mengecewakan dan menghilangkan rasa percaya saya terhadap bank," tutur Syamsuddin dengan nada pilu.

Merasa dirugikan, Syamsuddin segera menghubungi layanan pelanggan BRI untuk melaporkan kejadian tersebut. Ia diarahkan untuk membuat pengaduan resmi melalui nomor layanan 1500017, dengan estimasi waktu penanganan hingga 14 hari kerja. Namun, harapan untuk mendapat kejelasan dari pihak bank tidak kunjung terwujud.

"Saya menunggu respons selama berhari-hari, tetapi hingga sekarang, tidak ada penyelesaian yang memuaskan dari BRI. Hal ini membuat saya merasa sangat dirugikan," ungkapnya.

Baca juga:

Kecewa dengan penanganan kasusnya, Syamsuddin akhirnya memutuskan untuk menarik seluruh dananya dan menutup rekeningnya di BRI. Ia juga menyarankan keluarga dan rekan-rekannya untuk berhati-hati dalam memilih layanan perbankan.

"Saya berharap orang-orang lebih waspada. Jika perlu, pertimbangkan bank lain yang menawarkan keamanan lebih baik," imbuhnya.

Kejahatan Siber Meningkat, Keamanan Perbankan Dipertanyakan

Kasus ini menjadi salah satu dari sekian banyak insiden yang memicu kekhawatiran masyarakat terkait keamanan sistem digital perbankan. Kejahatan siber, seperti skimming dan pencurian data, semakin canggih dalam memanfaatkan celah keamanan untuk merugikan nasabah.

Menurut para ahli, pelaku kejahatan biasanya mengakses informasi kartu, termasuk nomor kartu dan PIN, melalui perangkat yang sulit terdeteksi. Oleh karena itu, edukasi nasabah dan penguatan sistem keamanan harus menjadi prioritas utama setiap institusi keuangan.

Hingga berita ini dirilis, pihak BRI belum memberikan keterangan resmi terkait kasus ini. Masyarakat diimbau untuk selalu berhati-hati dalam menjaga data pribadi, termasuk tidak membagikan informasi sensitif seperti nomor kartu dan PIN kepada siapa pun.

Kasus Syamsuddin menjadi peringatan penting bagi seluruh nasabah untuk lebih waspada dan mendorong perbankan agar terus meningkatkan keamanan demi melindungi kepercayaan masyarakat terhadap layanan keuangan digital.

Share :