Home Nasional

Putri Blora, Prof. Dr. Fajar Astuti Hermawati, Resmi Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Untag Surabaya

by Media Rajawali - 17 September 2025, 22:10 WIB

  • Oleh : Budi Hartono

BLORA – SURABAYA – Satu lagi putri terbaik asal Blora menorehkan sejarah penting di dunia akademik nasional. Prof. Dr. Fajar Astuti Hermawati, kelahiran Blora, 10 September 1972, resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya pada Selasa (16/9/2025).

Pengukuhan yang berlangsung khidmat itu turut dihadiri Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman. Dalam sambutannya, Arief menyampaikan rasa bangga atas pencapaian putri daerah yang berhasil menembus jenjang akademik tertinggi.

  • “Ini luar biasa. Putri asli Blora yang lahir di tengah hutan kini dikukuhkan sebagai guru besar. Capaian ini bukan hanya kebanggaan pribadi, tetapi juga kebanggaan seluruh masyarakat Blora,” ujarnya.

Arief menambahkan, dirinya memiliki kedekatan personal dengan Prof. Fajar. Keduanya sama-sama alumni SMAN 1 Blora, meski berbeda angkatan. “Beliau kakak kelas saya, angkatan 1991, sementara saya lulus tahun 1998. Ini menjadi inspirasi bagi generasi muda Blora untuk tidak berhenti bermimpi,” imbuhnya.

Prof. Fajar, yang akrab dipanggil “Erma” oleh keluarga, tumbuh di lingkungan yang sarat dengan tradisi pendidikan. Ayahnya, Suherman, seorang guru sekolah dasar, sejak awal menanamkan pentingnya ilmu bagi anak-anaknya.

Masa kecil Fajar dilalui di Blora, bersekolah di SD Jetis 2 sebelum pindah ke SDN Kedungjenar. Pendidikan menengah ia tempuh di SMPN 1 Blora, di mana ia aktif sebagai Sekretaris OSIS dan Ketua regu pramuka. Pada 1981, ia bahkan mewakili Blora dalam Jambore Nasional di Cibubur.

Di SMAN 1 Blora, kiprahnya dalam organisasi berlanjut. Setelah lulus, ia diterima di tiga perguruan tinggi ternama, STAN, ST Telkom, dan ITS, sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan tinggi di bidang teknologi.

Karier akademiknya dimulai pada 1997 sebagai dosen di Untag Surabaya. Dari sana, dedikasinya pada riset, publikasi ilmiah, dan pengabdian masyarakat kian terasah.

Baca juga:

Bagi suaminya, Dr. I Made Kastiawan, Prof. Fajar adalah pribadi pekerja keras. “Beliau selalu menargetkan sesuatu dan berjuang untuk mencapainya. Waktu, energi, bahkan rutinitas sehari-hari pun selalu diarahkan untuk mendukung tujuan akademiknya,” ungkapnya.

Namun di balik kesibukan akademik, Fajar tetap hadir sebagai sosok hangat bagi keluarga. Setiap pagi ia menyiapkan sarapan dan bekal untuk suami serta anak-anaknya. Menurutnya, memasak bukan sekadar rutinitas, melainkan cerminan nilai pendidikan: selalu mencoba hal baru, berani gagal, dan menjadikan pengalaman itu sebagai bekal menuju keberhasilan.

Paman Prof. Fajar, Hendro Basuki, yang hadir dalam pengukuhan, menegaskan bahwa keluarganya memiliki “DNA guru.” “Sejak lama keluarga ini hidup dalam tradisi pendidikan. Pilihan Fajar menjadi dosen adalah keputusan nurani, dan itu tidak mudah. Menjadi guru besar menuntut dedikasi, konsistensi, serta kesetiaan pada ilmu,” tuturnya.

Ia juga menyinggung sisi ideologis perjalanan hidup sang profesor. Menurut Hendro, ayah Fajar merupakan pengagum Bung Karno hingga menulis buku tentang Sukarno. “Mungkin inilah yang menginspirasi Fajar menghubungkan teknologi dengan nasionalisme. Harapannya, beliau bisa mengembangkan nasionalisme gelombang keempat yang berbasis teknologi,” ujarnya.

Rekam jejak akademis Prof. Fajar tidak hanya di tingkat nasional. Pada 2022, ia berhasil membawa Untag Surabaya menembus program hibah bergengsi World Class Professor (WCP) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Ia juga aktif dalam Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Covid-19 (TFRIC19), bekerja sama dengan 11 perguruan tinggi lain untuk mendukung percepatan penanggulangan pandemi.

Kini, dengan gelar Guru Besar yang disandangnya, harapan besar disematkan padanya untuk memperluas kontribusi di bidang pendidikan dan riset, sekaligus memperkuat kerja sama antara Untag Surabaya dan Pemerintah Kabupaten Blora.

  • “Blora memiliki program satu desa dua sarjana untuk mendukung pendidikan masyarakat. Kami ingin menjalin kolaborasi konkret dengan Untag Surabaya, demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia Blora,” tandas Bupati Arief.

Pengukuhan Prof. Dr. Fajar Astuti Hermawati tidak hanya menjadi catatan prestasi personal, tetapi juga simbol bahwa dari tanah Blora, lahir srikandi-srikandi bangsa yang mengabdikan diri bagi ilmu pengetahuan dan kemajuan negeri.

Share :