- Oleh : Budi Hartono
Bojonegoro – Di tengah ancaman gagal panen akibat serangan hama tikus, petani di Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, menemukan solusi kreatif sekaligus efisien. Dengan memanfaatkan jaring perangkap sederhana yang dipasang di lahan persawahan, mereka berhasil menekan populasi hama yang selama ini menjadi momok menakutkan.
Metode ini tidak memerlukan teknologi mahal. Petani hanya memasang jaring di jalur pergerakan tikus, kemudian melapisinya dengan bahan seperti oli gardan atau serbuk racun. Begitu tikus menabrak jaring, tubuhnya langsung terpapar zat tersebut sehingga tidak mampu bertahan lama. Cara ini terbukti lebih efektif dibandingkan sekadar mengandalkan racun tunggal atau perburuan manual.
Baca juga:
- “Kalau hanya pakai racun, seringkali tidak efektif. Dengan jaring, tikus bisa langsung terperangkap dan petani lebih mudah mengendalikan jumlahnya,” jelas Muhammad Minan, penyuluh pertanian lapangan (PPL) Ngraho, Senin (8/9/2025).
Menurut Minan, pemasangan jaring paling tepat dilakukan setelah proses tanam. Selain itu, petani di Ngraho juga mengombinasikan strategi lain, seperti pengumpanan menggunakan racun tikus jenis petrokum serta pembongkaran sarang-sarang tikus di sekitar area persawahan. Upaya ini memang membutuhkan tenaga ekstra, namun dianggap penting demi menyelamatkan produktivitas padi.
Di balik kesederhanaannya, inovasi tersebut mencerminkan kearifan lokal sekaligus kreativitas masyarakat desa. “Kalau panen gagal, keluarga ikut susah. Makanya kami berusaha berbagai cara, asal sawah tetap bisa menghasilkan,” tambah Minan.
Lebih dari sekadar teknik pengendalian hama, gerakan ini juga menunjukkan kuatnya semangat gotong royong di pedesaan. Petani saling membantu memasang jaring hingga membongkar sarang tikus secara bersama-sama. Harapannya, kolaborasi ini mampu menekan kerugian akibat hama sekaligus meningkatkan hasil panen di Kecamatan Ngraho.