Bojonegoro, 7 November 2024 - Dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional, seniman senior Siswo Nurwahyudi menggelar aksi teatrikal yang penuh makna di depan Watu Semar, Alun-Alun Bojonegoro. Aksi solonya ini menjadi simbol penghormatan terhadap warisan budaya wayang, sekaligus menyuarakan harapan bagi masa depan Bojonegoro yang lebih baik.
Hari Wayang Nasional diperingati setiap 7 November sejak tahun 2018, setelah UNESCO menetapkan wayang sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 7 November 2003, dan kemudian memasukkannya sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada 4 November 2008. Pengakuan UNESCO ini bukan hanya mengangkat nilai estetika wayang, tetapi juga menegaskan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, seperti harmoni, kesempurnaan hidup, dan jiwa ksatria. Nilai-nilai inilah yang dianggap mampu memperkaya pemikiran dan budaya, baik di Timur maupun di Barat.
Dalam aksinya yang berlangsung dari bakda Ashar hingga menjelang Maghrib, Ki Siswo membawa beberapa wayang serta perlengkapan seperti dupa dan bunga. Dupa melambangkan doa-doa baik yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan bunga menyimbolkan keharuman harapan bagi kesejahteraan dan kemajuan Bojonegoro. Aksi solonya ini bukan hanya sekadar bentuk apresiasi terhadap budaya, melainkan juga bentuk refleksi diri dan doa bagi Bojonegoro, khususnya dalam masa demokrasi yang tengah berlangsung.
Baca juga:
Ki Siswo menegaskan pentingnya memperingati Hari Wayang Nasional sebagai momen untuk menyadarkan dan menguatkan rasa cinta masyarakat terhadap wayang, sekaligus sebagai sarana memperkuat jati diri bangsa.
“Sebagai potret kehidupan bermasyarakat, wayang mengandung banyak nasihat dan petuah bijak dari para leluhur. Kehadiran wayang mengingatkan kita pada kearifan budaya yang menjadi cerminan nilai-nilai gotong royong,” ungkap Ki Siswo.
Di tengah proses demokrasi yang sedang berjalan, Ki Siswo berharap masyarakat Bojonegoro dapat menegakkan prinsip kebersamaan dan kegotongroyongan, sebagaimana pesan yang terkandung dalam filosofi wayang. Melalui aksinya, ia berharap Bojonegoro akan menjadi wilayah yang lebih baik, aman, dan sejahtera.
Aksi teatrikal ini juga diharapkan menjadi pengingat bagi masyarakat Indonesia untuk menghargai dan melestarikan wayang sebagai warisan budaya nasional yang berperan penting dalam pembentukan karakter bangsa.