Pasuruan, Jawa Timur - 'Kabupaten Pasuruan, sebuah wilayah yang dianugerahi lanskap alam menawan dan posisi strategis di Jawa Timur, kini menghadapi ujian besar. Di satu sisi, potensinya untuk berkembang begitu besar, tetapi di sisi lain, serangkaian masalah klasik dari infrastruktur yang terabaikan, bencana alam yang berulang, hingga ketimpangan sosial ekonomi menghambat langkahnya menuju kemajuan.
Pertanyaannya bukan sekadar mengapa masalah ini terus berulang, tetapi lebih kepada bagaimana Pasuruan dapat melepaskan diri dari jerat krisis dan menjadikan tantangan ini sebagai pijakan untuk bangkit.
Jalanan yang berlubang, penerangan jalan yang minim, serta fasilitas umum yang tidak terawat bukan hanya sekadar ketidaknyamanan, tetapi juga cerminan dari bagaimana sebuah daerah mengelola peradabannya.
Di Pasuruan, kegelapan malam akibat minimnya penerangan jalan bukan hanya menjadi ancaman bagi keselamatan pengendara, tetapi juga meningkatkan risiko tindak kriminal. Ketika masyarakat hidup dalam ketidakpastian, pertanyaannya bukan hanya siapa yang bertanggung jawab, tetapi sampai kapan pembiaran ini akan terus berlangsung?
Infrastruktur bukan sekadar soal fisik, melainkan juga menyangkut martabat sebuah daerah. Ketika fasilitas publik dikelola dengan baik, ia tidak hanya menjadi alat mobilitas ekonomi, tetapi juga membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang melanda Pasuruan bukanlah peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Fenomena ini merupakan akumulasi dari tata kelola lingkungan yang belum optimal, alih fungsi lahan yang tidak terkendali, serta lemahnya kebijakan mitigasi bencana.
Setiap tahun, warga di beberapa kecamatan seperti Winongan, Grati, dan Gondangwetan harus menghadapi bencana yang sama. Seakan-akan mereka terjebak dalam siklus penderitaan yang tidak berkesudahan. Namun, pertanyaannya adalah: apakah kita akan terus bertahan dalam pola yang sama, atau mulai membangun sistem perlindungan yang lebih efektif?
Baca juga:
Tantangan ini seharusnya menjadi panggilan bagi pemerintah dan masyarakat untuk tidak lagi sekadar bereaksi saat bencana terjadi, tetapi juga mulai berpikir preventif. Tanpa kebijakan yang proaktif dan berbasis riset, Pasuruan akan terus berada dalam bayang-bayang ancaman alam yang sebenarnya bisa dikelola.
Di luar masalah lingkungan dan infrastruktur, Pasuruan juga dihadapkan pada tantangan sosial yang kompleks. Sengketa tanah antara warga Alas Tlogo dengan pihak militer adalah satu dari sekian banyak contoh bagaimana konflik agraria masih menjadi luka yang sulit sembuh di Indonesia.
Di sisi lain, ratusan pekerja harian lepas (PHL) terancam kehilangan pekerjaan, menambah daftar panjang ketidakpastian ekonomi yang dihadapi masyarakat Pasuruan. Ketika kesempatan kerja semakin sempit, dampaknya tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga berimbas pada stabilitas sosial.
Ketimpangan ini menegaskan bahwa keadilan bukan hanya soal hukum yang tertulis, tetapi bagaimana ia benar-benar dirasakan oleh rakyat. Pemerintah daerah harus menunjukkan keberpihakan yang jelas kepada masyarakat, bukan hanya menjadi mediator pasif dalam konflik, tetapi aktif mencari solusi yang berkelanjutan.
Pasuruan tidak kekurangan sumber daya atau potensi untuk maju. Yang dibutuhkan adalah kebijakan yang visioner, kepemimpinan yang tegas, serta masyarakat yang tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktor utama dalam perubahan.
Transformasi bukan sesuatu yang terjadi dalam semalam. Namun, jika tidak dimulai sekarang, kapan lagi? Pembangunan infrastruktur harus menjadi prioritas, kebijakan lingkungan harus lebih berpihak pada keberlanjutan, dan sistem ketenagakerjaan harus lebih inklusif agar tidak ada lagi warga yang hidup dalam ketidakpastian.
Pasuruan berada di persimpangan: tetap bertahan dalam pola lama yang stagnan atau melangkah maju dengan paradigma baru yang lebih progresif. Sejarah telah membuktikan bahwa daerah yang berani berubah adalah mereka yang bertahan dan berkembang.
Maka, saatnya Pasuruan menegaskan dirinya bukan sebagai daerah yang terus tertinggal dalam bayang-bayang masalah, tetapi sebagai wilayah yang siap menghadapi masa depan dengan keberanian dan optimisme.
REDAKSI