Home Daerah

Malam Kebudayaan Bojonegoro: Puisi Ngruwat dan Resolusi Eyang Semar Hadirkan Doa dan Refleksi untuk Bumi Malowopati

by Media Rajawali - 15 November 2024, 08:26 WIB

Bojonegoro, Jawa Timur — Suasana khidmat dan penuh makna menyelimuti malam kebudayaan di Joglo Ndelik, sebuah cafe dan resto yang berlokasi di Jalan Dr. Suharso, Sukorejo, Bojonegoro. Pada Kamis malam, 14 November 2024, Drg. Aris Mukti Halim, pemilik Joglo Ndelik dan seorang musisi, bersama Front Seni Jalanan (FSJ) Bojonegoro mempersembahkan acara bertajuk Puisi Ngruwat Bojonegoro, sebuah upacara doa dan puisi untuk merawat serta mendoakan bumi Malowopati.

Dimulai sejak pukul 19.00 WIB, acara ini menghadirkan berbagai tokoh seniman, budayawan, hingga penikmat seni dari Bojonegoro. Mereka larut dalam lantunan puisi-puisi doa, yang dibacakan bergantian oleh para budayawan dan seniman, menciptakan atmosfer penuh kesakralan, harmonisasi, serta kesyahduan yang begitu kental.

Drg. Aris Mukti Halim membuka acara dengan bacaan Basmalah. Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa syukurnya karena dapat menjadi tuan rumah bagi malam kebudayaan ini, sekaligus mengapresiasi semangat para seniman yang berkumpul untuk mempererat tali cinta terhadap tanah kelahiran melalui seni dan budaya. Ia juga mengajak seluruh hadirin untuk berdoa bersama bagi Gerry Setyo Prakoso, musisi Bojonegoro yang baru saja meninggal dunia, seraya berharap agar almarhum diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Malam tersebut semakin terasa sakral saat Den Siswo, seorang dalang suluk, membuka pembacaan puisi dengan karya bertajuk Bojonegoroku, Jangan Ada Lagi Luka. Dengan penghayatan mendalam, Den Siswo mengajak seluruh hadirin merenung tentang makna kedamaian dan cinta terhadap tanah kelahiran.

Baca juga:

Lantunan puisi terus berlanjut dengan berbagai tema dan pesan. Agung DP, Koordinator Lapangan Front Seni Jalanan Bojonegoro, tampil membawakan puisi berjudul Nang.., Ning.., Nung, disusul oleh Yulianto dengan Form Perjuangan, dan Solikin yang mendeklamasikan karya Aku Ini Siapa. Karya-karya ini memancarkan energi persatuan dan kekuatan untuk mengusir segala luka yang menggores Bumi Malowopati.

Sorotan utama pada malam itu adalah penampilan Burhanudin Joe, seorang sastrawan Bojonegoro, yang membacakan puisi refleksi bertajuk Di Tengah Riuh Pilkada. Dengan penghayatan tinggi, ia melantunkan bait-bait yang mengingatkan pentingnya pendidikan dan masa depan generasi Bojonegoro, di tengah hiruk-pikuk politik yang sering kali melupakan kepentingan jangka panjang. “Bojonegoro, di bawah bendera pilkada yang berkibar, jangan lupakan mereka yang belajar di ruang sabar. Karena pendidikan bukan soal siapa yang menang, tapi tentang masa depan yang harus dibawa terang,” demikian bunyi salah satu baitnya yang menggetarkan para hadirin.

Sebagai penutup, Den Siswo kembali tampil dengan pagelaran wayang garingan atau daringan, yang mengisahkan lakon Semar Gugat, atau dikenal pula sebagai Resolusi Eyang Semar. Pertunjukan ini menjadi puncak acara, menyampaikan pesan kebenaran, keadilan, dan kedamaian yang diusung oleh sosok Semar, tokoh yang bijaksana dan merakyat. Penampilan wayang ini bukan hanya hiburan, namun juga sebagai refleksi mendalam untuk masyarakat Bojonegoro.

Acara Puisi Ngruwat Bojonegoro berakhir dalam nuansa syahdu dan menyentuh, meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir. Dengan penuh harapan akan masa depan yang damai dan sejahtera, malam itu ditutup dengan rasa kebersamaan yang hangat, menjadikan acara ini sebagai salah satu perayaan budaya yang akan dikenang lama oleh masyarakat Bojonegoro.

Share :