- Oleh : Budi Hartono
Bojonegoro – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro terus memperkuat upaya menciptakan budaya hidup sehat di lingkungan pendidikan melalui Gerakan Sekolah Sehat (GSS). Program ini hadir sebagai respons atas meningkatnya kasus kesehatan pada anak usia sekolah dan menjadi pijakan strategis untuk membangun generasi yang sehat, cerdas, sekaligus berdaya saing.
Dalam talkshow SAPA! Malowopati FM pada Jumat (29/8/2025), dr. Trikarahmawati, Pengelola Layanan Kesehatan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Bojonegoro, menjelaskan bahwa GSS menekankan lima indikator utama: sehat bergizi, sehat fisik, sehat imunisasi, sehat jiwa, dan sehat lingkungan.
- “Sejak Februari, program Cek Kesehatan Gratis (CKG) telah berjalan di sekolah-sekolah. Mulai Juli hingga Agustus, cakupannya semakin luas, termasuk sekolah rakyat. Langkah ini merupakan upaya preventif untuk melindungi anak-anak sejak dini,” ungkapnya.
Menurut dr. Trikarahmawati, tantangan terbesar masih terletak pada pemahaman masyarakat. Banyak orang tua belum sepenuhnya menyadari pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin. “Karena itu, edukasi dan kampanye terus kami lakukan, bahkan dengan pendekatan jemput bola,” tambahnya.
Baca juga:
Dari sisi pendidikan, Sumarianto, Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, menekankan bahwa GSS tidak hanya sebatas program kesehatan, melainkan bagian integral dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif.
- “Pembiasaan sederhana seperti mencuci tangan, mengawasi jajanan di kantin, dan memastikan siswa tidak mengonsumsi makanan berpewarna atau berpengawet berbahaya merupakan langkah nyata yang kami dorong,” ujarnya.
Selain menggandeng puskesmas untuk pemeriksaan kualitas jajanan secara berkala, Dinas Pendidikan juga mengintegrasikan materi hidup sehat dalam pembelajaran sosial, lingkungan, maupun kegiatan parenting bersama orang tua.
Ia menjelaskan, implementasi GSS disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Untuk anak PAUD, tersedia Program Makanan Tambahan (PMT) sebulan sekali. Sementara di tingkat SD, perhatian difokuskan pada edukasi jajanan sehat. Sehat fisik diwujudkan melalui senam pagi rutin, sedangkan sehat jiwa dan lingkungan dikembangkan melalui pengendalian emosi serta pengelolaan sampah berbasis sekolah Adiwiyata.
- “Kerja sama dengan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) juga telah dilakukan, melalui pelatihan kepala sekolah dan guru agar mereka dapat menjadi pionir penerapan GSS di Bojonegoro,” jelasnya.
Tak hanya di sekolah umum, semangat serupa juga digaungkan oleh madrasah. Siti Mafudhoh, Pengawas Sekolah Madya Jenjang MA Kementerian Agama Bojonegoro, menyampaikan bahwa sejak 2019 Kemenag telah meluncurkan Gerakan Madrasah Sehat (GEMAS) sebagai dukungan nyata terhadap GSS.
- “Di Jawa Timur sudah tersedia buku panduan khusus madrasah sehat. Sementara di Bojonegoro, terdapat 777 madrasah yang terus kami dorong untuk mengintegrasikan GEMAS, baik dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler,” terangnya.
Ia menambahkan, penerapan GEMAS mencakup lebih dari sekadar pengawasan jajanan. Aktivitas fisik seperti olahraga ringan sebelum pembelajaran juga menjadi bagian penting. “Madrasah sehat terbukti mampu menunjang prestasi akademik dan non-akademik siswa. Sebab kesehatan dan pendidikan tidak dapat dipisahkan,” ujarnya.
Dengan sinergi lintas sektor, Pemkab Bojonegoro optimistis GSS dan GEMAS akan semakin memperkuat fondasi generasi masa depan. Program yang menyasar siswa sejak usia dini ini diharapkan mampu menanamkan kebiasaan hidup sehat yang berkelanjutan, membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh secara fisik dan mental.