Bojonegoro — Suasana peringatan Hari Bhayangkara ke-79 di Polres Bojonegoro tahun ini tampil berbeda dari perayaan-perayaan sebelumnya. Di tengah berbagai kegiatan seremonial, sebuah ajang stand-up comedy justru mencuri perhatian menawarkan kritik sosial dalam balutan tawa, sekaligus menjadi cerminan keterbukaan institusi kepolisian terhadap suara masyarakat.
Kapolres Bojonegoro, AKBP Mario Prahatinto, SH, SIK, M.Si, tampak menikmati setiap penampilan para peserta, tak jarang tersenyum lebar bahkan terbahak saat mendengar sindiran jenaka yang disampaikan di atas panggung. Lomba tersebut diikuti oleh 20 peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari masyarakat umum hingga anggota kepolisian sendiri, menjadikannya ruang publik yang inklusif dan egaliter.
Dengan menggandeng Komunitas Stand Up Indo Bojonegoro sebagai dewan juri, acara ini tidak hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga memperluas cakrawala komunikasi antara Polri dan masyarakat. Materi yang dibawakan para komika menyentuh beragam tema, termasuk pelayanan publik, citra polisi, hingga dinamika sosial terkini. Meskipun beberapa topik menyentil isu-isu sensitif, suasana tetap hangat dan penuh canda tawa.
Dalam sambutannya seusai acara, Kapolres AKBP Mario Prahatinto menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar perayaan, melainkan bagian dari strategi komunikasi untuk merajut kepercayaan publik melalui pendekatan humanis.
“Melalui stand-up comedy ini, kita ingin tunjukkan bahwa Polri tidak antikritik. Justru kami membuka ruang dialog agar kritik yang membangun bisa menjadi pijakan untuk perbaikan,” ujar Kapolres kepada awak media, Kamis (26/6/2025).
Baca juga:
Menurutnya, ekspresi humor adalah bagian dari budaya demokratis yang sehat, dan kepolisian sebagai pelayan masyarakat harus mampu menyerap aspirasi, bahkan ketika disampaikan lewat guyonan.
Kompetisi ini akhirnya menobatkan Guntur Riyanto sebagai juara pertama berkat penampilannya yang tajam dan menggelitik. Di posisi kedua dan ketiga berturut-turut diraih oleh Nurul Hudha dan Bagas Fahru Rozikin. Sementara itu, gelar juara favorit jatuh kepada Aiptu Suwarto dari Polsek Sukosewu, yang berhasil memikat penonton dengan gaya khas seorang anggota polisi yang berdamai dengan ironi keseharian.
Saat menerima penghargaan, Guntur menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan yang diberikan, sembari melempar satu kelakar terakhir yang kembali mengguncang tawa para hadirin.
“Semoga Polri ke depan bisa semakin terbuka, semakin dekat dengan rakyat dan siapa tahu, ada polisi yang bisa manggung di Netflix,” ujarnya, disambut gelak tawa dan tepuk tangan.
Di tengah dinamika sosial yang semakin kompleks, inisiatif seperti ini menjadi napas segar dalam upaya membangun institusi yang adaptif dan responsif. Tak hanya menunjukkan wajah humanis Polri, kegiatan ini juga menjadi panggung apresiasi bagi talenta lokal yang selama ini tersembunyi di balik tawa. Sebuah langkah kecil, namun penuh makna, menuju Polri yang lebih mendengar dan lebih mengakar.
REDAKSI