BOJONEGORO – Dalam gelap malam yang disinari remang lampu kebun, tepat pukul 11 malam, Imam Junaidi sosok bersahaja yang kini dikenal dengan julukan “Satrio Imam Penjalu” membuka kisah perjalanan inspiratifnya membangun sebuah kebun anggur modern di Desa Margomulyo, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro.
Terkenal sebagai penerbit buku dan suami dari seorang pengacara sekaligus konsultan hukum, Imam Junaidi telah memilih jalan yang tak lazim bagi seorang intelektual urban: menjadi petani anggur. Namun bagi Imam, ini bukan sekadar pertanian ini adalah bentuk perlawanan halus terhadap pola pikir lama tentang petani yang identik dengan sawah dan kedelai.
“Saya ingin menjadi petani modern. Petani yang bisa memberi nilai tambah secara finansial bagi masyarakat. Dan lebih indah lagi jika bisa bersedekah menggunakan buah anggur,” ungkapnya dengan senyum tenang di bawah naungan dedaunan merambat.
Membangun kebun seluas 6 x 16 meter ini bukan tanpa tantangan. Imam mengungkapkan, modal awal yang dibutuhkan mencapai Rp35 juta. Namun tantangan yang lebih berat justru datang dari kebutuhan untuk belajar menerima ilmu baru dari mentor, dan mengenali hama jamur yang menjadi momok bagi tanaman anggur.
“Anggur tidak suka kelembaban. Ia rentan jamur, dan air hujan bisa menjadi awal bencana,” ujarnya. Maka, Imam membangun green house yang kini menaungi kebunnya, lengkap dengan teknik budidaya presisi dan penggunaan pupuk serta fungisida terukur.
Baca juga:
Ada tujuh varietas eksklusif yang ia tanam, termasuk Dubosvsky Pink, Ilaria, Everest, Aroma Delight, Basanti, Cherny Kristal, dan Julian. Semuanya merupakan varietas langka yang tidak akan ditemukan di toko buah konvensional.
“Saya menyasar pasar wisata edukasi dan petik buah langsung di tempat. Rata-rata pengunjung saya adalah pegawai swasta, ASN, atau masyarakat kelas menengah ke atas,” jelasnya.
Untuk saat ini, Imam masih fokus pada penjualan buah segar. Namun ke depan, ia menyimpan cita-cita besar: mengembangkan lahan hingga satu hektar dengan lebih dari 20 varietas anggur, menciptakan ikon pertanian baru di Bojonegoro.
Dengan idealisme dan kerja keras yang mengakar kuat, Imam Junaidi membuktikan bahwa pertanian bukan lagi sekadar tradisi ia adalah masa depan yang bisa didekati dengan ilmu, estetika, dan visi.
REDAKSI