Bojonegoro, Jawa Timur — Dalam upaya menanggulangi kemiskinan dan memperkuat ketahanan ekonomi keluarga pra-sejahtera, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro meluncurkan sebuah program pemberdayaan inovatif bertajuk Gerakan Beternak Ayam Petelur Mandiri “GAYATRI”. Program ini dirancang untuk mendorong kemandirian ekonomi rumah tangga melalui budidaya ayam petelur skala kecil yang terintegrasi dan berkelanjutan.
GAYATRI, singkatan dari Gerakan Ayam Petelur Mandiri merupakan model pemberdayaan berbasis potensi lokal yang menyasar warga pra-sejahtera yang terdaftar dalam data kemiskinan Kabupaten Bojonegoro.
Melalui pendekatan holistik, program ini tidak hanya memberikan bantuan modal secara fisik, namun juga disertai pendampingan teknis dan akses pasar yang memadai. Setiap penerima manfaat memperoleh paket bantuan senilai Rp16 juta, yang mencakup: 54 ekor ayam petelur berkualitas, Kandang tipe baterai, 400 kilogram pakan, dan Vitamin, vaksin, serta obat-obatan penunjang
Tak hanya berhenti pada aspek penyediaan sarana, GAYATRI juga menekankan aspek edukatif dan pendampingan. Para penerima manfaat mendapatkan pelatihan teknis beternak, monitoring berkala oleh pendamping desa, serta difasilitasi untuk terhubung dengan pasar melalui BUMDes atau koperasi setempat.
Syarat untuk memastikan efektivitas dan keberlanjutan program, penerima manfaat harus memenuhi sejumlah kriteria yaitu: Terdaftar sebagai keluarga miskin di database Pemkab Bojonegoro, Berusia produktif dan memiliki minat nyata untuk beternak, Memiliki lahan atau lokasi yang layak sebagai kandang, Serta bersedia mengikuti pelatihan dan menerima pendampingan rutin.
Baca juga:
Program ini menjanjikan manfaat ekonomi yang langsung dirasakan. Dari segi produksi, setiap unit peternakan diperkirakan menghasilkan 42–45 butir telur per hari, yang bernilai sekitar Rp62.500 hingga Rp70.000 per hari. Dengan pengelolaan yang optimal, peternak dapat menikmati keuntungan bersih sebesar Rp514.000 hingga Rp739.000 per bulan.
Lebih dari itu, peternak juga berpotensi memperoleh penghasilan tambahan dari penjualan ayam afkir (Rp30.000–Rp50.000 per ekor) serta pemanfaatan limbah kandang sebagai pupuk organik.
Tak kalah penting, keberadaan ayam petelur di lingkungan rumah tangga turut berkontribusi terhadap peningkatan gizi keluarga, mengingat telur adalah sumber protein hewani murah yang mudah diakses dan dikonsumsi sehari-hari.
Gerakan GAYATRI menjadi cerminan bagaimana sinergi antara inisiatif pemerintah daerah dan partisipasi warga mampu menghasilkan solusi konkret atas problem kemiskinan struktural. Dengan desain program yang menyentuh langsung akar persoalan dan memberdayakan potensi lokal, GAYATRI diharapkan mampu menjadi inspirasi nasional bahwa ketahanan pangan dan ekonomi bisa dibangun dari kandang-kandang kecil di halaman rumah.
Program ini bukan sekadar tentang beternak ayam, melainkan tentang membangun martabat masa depan yang lebih cerah dan membanggakan bagi masyarakat Bojonegoro.
REDAKSI