Home Internasional

GELORA MUDIK DI BAKAUHENI: RIBUAN PEMUDIK BERJUANG MENEMBUS ANTREAN DEMI KAMPUNG HALAMAN

by Media Rajawali - 27 Maret 2025, 16:34 WIB

Bakauheni, Lampung Selatan – 27 Maret 2025 "Pelabuhan Bakauheni, pintu gerbang utama menuju Sumatra, kini dipenuhi lautan manusia. Ribuan pemudik dengan sepeda motor berdesakan di jalur antrean, menunggu giliran untuk menyeberang. Wajah-wajah letih namun penuh semangat terpancar di antara deretan kendaraan yang mengular panjang.

Di bawah langit mendung sore itu, suasana di pelabuhan terasa begitu hidup. Helm-helm berwarna-warni menyatu dalam kerumunan, sementara punggung-punggung para pemudik tertutup jaket tebal dan ransel besar yang berisi oleh-oleh untuk keluarga di kampung halaman. Beberapa pemudik tampak berbincang ringan, saling berbagi pengalaman perjalanan, sementara yang lain duduk diam, matanya kosong menatap antrean panjang di depan mereka.

Di tengah hiruk-pikuk, seorang perempuan muda berkerudung duduk di atas motor, menoleh ke belakang, mungkin memastikan keluarganya masih berada dalam rombongan. Tak jauh darinya, seorang pria dengan helm penuh stiker terlihat sibuk mengecek ponselnya—barangkali memberi kabar kepada keluarganya bahwa ia akan segera tiba.

General Manager PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Bakauheni menyebutkan bahwa volume pemudik tahun ini melonjak drastis. “Kami telah menyiapkan kapal tambahan dan mengatur jadwal keberangkatan lebih cepat agar arus penyeberangan tetap lancar. Keamanan dan kenyamanan pemudik menjadi prioritas utama kami,” katanya.

Baca juga:

Petugas pelabuhan bekerja tanpa henti, mengatur lalu lintas kendaraan yang terus berdatangan. Sistem tiket digital membantu mempercepat proses masuk ke kapal, tetapi kepadatan tetap tak terhindarkan. Pemudik dengan motor, yang sering kali datang dalam rombongan besar, harus menunggu lebih lama sebelum akhirnya bisa menaiki ferry.

Bagi jutaan perantau, mudik bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan emosional. Mereka rela menempuh ribuan kilometer, berdesakan di tengah kepadatan, dan mengantre berjam-jam hanya untuk satu hal: bertemu keluarga di kampung halaman.

Saat kapal ferry akhirnya mulai bergerak, deru mesin bercampur dengan suara takbir kecil yang mulai terdengar dari beberapa pemudik. Senyum lelah tetapi penuh kebahagiaan menghiasi wajah mereka. Tak lama lagi, mereka akan sampai di rumah, disambut pelukan hangat orang tua, hidangan khas Lebaran, dan kebersamaan yang sudah lama dinantikan.

Mudik bukan hanya tentang kembali, tetapi tentang pulang dengan hati yang penuh kebahagiaan.

REDAKSI 

Share :