- Oleh : Budi Hartono
Bojonegoro – Fenomena perubahan warna air Bengawan Solo kembali menjadi sorotan publik. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) segera bergerak cepat dengan menurunkan tim lapangan guna memastikan penyebab terjadinya perubahan kualitas air sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut.
Sekretaris DLH Bojonegoro, Beny Subiakto, menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan serangkaian langkah teknis, mulai dari pengambilan gambar, pemetaan lokasi, hingga pengumpulan sampel air dari beberapa titik aliran. Seluruh sampel kemudian dikirim ke laboratorium terakreditasi di Surabaya untuk diuji secara komprehensif.
Baca juga:
- “Laboratorium milik DLH Bojonegoro memang belum terakreditasi, sehingga untuk memastikan validitas hasil, kami bekerjasama dengan laboratorium di Surabaya. Hasilnya diperkirakan baru dapat diketahui dalam 10 hingga 14 hari kerja,” jelas Beny, Kamis (25/9/2025).
Staf Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda, Tutik Prangmiatun, menambahkan bahwa pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan prosedur yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, Lampiran VI, mengenai baku mutu air sungai dan sejenisnya. Lokasi pengambilan sampel ditetapkan di Bendung Gerak Kalitidu, Bojonegoro.
- “Selain itu, kami juga melakukan pemantauan rutin melalui sistem ONLIMO (Online Monitoring System) di stasiun KLHK59 Padangan. Data tren kualitas air dalam periode 16 hingga 22 September 2025 menunjukkan adanya indikasi penurunan mutu,” ungkap Tutik.
Tidak berhenti di situ, DLH Bojonegoro juga melaporkan temuan ini kepada DLH Provinsi Jawa Timur, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, hingga Balai Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Surabaya. Upaya ini dilakukan untuk memperkuat identifikasi sumber pencemar sekaligus merumuskan langkah penanggulangan.
Beny menegaskan, pihaknya berkomitmen memastikan sumber pencemaran tidak berasal dari wilayah Bojonegoro. “Kami telah berkoordinasi dengan DLH Kabupaten Ngawi sebagai daerah hulu, dan diperoleh informasi bahwa kondisi air yang masuk ke wilayah Ngawi sudah dalam keadaan tercemar,” ujarnya.
Fenomena ini menambah panjang catatan tantangan pengelolaan lingkungan di kawasan aliran Bengawan Solo, yang melintasi sejumlah kabupaten dan provinsi. Meski hasil laboratorium masih ditunggu, koordinasi lintas wilayah dinilai menjadi kunci dalam memastikan kelestarian dan keamanan air sungai yang selama ini menjadi sumber kehidupan masyarakat di sepanjang aliran Bengawan Solo.