BOJONEGORO – Di tengah dinamika pelayanan publik yang terus berkembang, Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Buana Kabupaten Bojonegoro, H. M. Khairul Anwar, ST., MM., tampil tidak hanya sebagai pemimpin teknokratis, tetapi juga sosok yang menyuarakan nilai-nilai kehidupan yang reflektif dan membangun.
Dalam unggahan terbaru di media sosial pribadinya, Khairul Anwar menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya kesadaran diri, kerendahan hati, serta kesiapan menerima kritik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
“Sebaik apa pun kita, pasti ada sisi buruknya. Itulah mengapa kita perlu belajar memperbaiki diri,” tulisnya dalam kutipan yang dibagikan bersama potret dirinya berlatar keindahan alam.
“Sebaik apa pun kita, pasti ada hal yang tidak disukai orang lain. Itulah mengapa kita perlu belajar menerima dan tidak memaksa untuk diterima,” lanjutnya.
Baca juga:
Pernyataan tersebut menggambarkan sikap bijak seorang pemimpin yang memahami bahwa manusia, sesempurna apapun citra yang dibangun, tetaplah makhluk yang memiliki kekurangan. Dalam konteks pelayanan publik, sikap ini mencerminkan pendekatan humanis yang sangat penting: bahwa pemimpin dan lembaga publik harus senantiasa terbuka terhadap kritik serta berkomitmen untuk terus berbenah demi masyarakat.
Khairul Anwar dikenal sebagai figur yang aktif membangun komunikasi yang sehat dan terbuka dengan masyarakat, termasuk melalui media sosial yang ia manfaatkan sebagai ruang menyampaikan pemikiran positif dan membangun dialog. Dalam posisi strategisnya sebagai Direktur PDAM, ia bukan hanya memimpin pengelolaan air bersih untuk wilayah Bojonegoro, namun juga menanamkan etika pelayanan berbasis nilai-nilai moral dan introspektif.
Langkah ini selaras dengan kebutuhan masyarakat modern yang tak hanya menuntut pelayanan teknis yang baik, tetapi juga integritas dan keteladanan dari pemangku kebijakan. Dalam era digital di mana komunikasi publik menjadi bagian penting dari transparansi pemerintahan, sosok Khairul Anwar menjadi contoh bagaimana pejabat daerah dapat menjalankan peran komunikator sekaligus motivator.
Pesan-pesan reflektif yang ia sampaikan tidak hanya menyentuh ranah pribadi, namun juga mengajak seluruh elemen masyarakat, dari warga biasa hingga pelayan publik. Demi untuk sama-sama membangun kesadaran bahwa penerimaan tidak dapat dipaksakan, dan kesempurnaan bukanlah titik akhir, melainkan proses berkelanjutan.
Melalui narasi yang sederhana namun sarat makna, Khairul Anwar menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak melulu soal kebijakan dan angka, tetapi juga tentang keberanian mengajak untuk merenung, menerima kekurangan, dan tumbuh bersama.
BUDI MR.ID