Home Daerah

Dialog Budaya "Ngobrol Apik" di Bojonegoro: Menyebar Kebaikan dalam Seni dan Kebudayaan

by Media Rajawali - 11 November 2024, 15:44 WIB

Bojonegoro, Jawa Timur — Sebuah acara bertema "Ngobrol Apik" diselenggarakan di Cafe Kopi Resto Joglo Delik, Bojonegoro. Acara ini diinisiasi oleh Dr. Aris, selaku pemilik kafe, dengan mengundang budayawan ternama Sujiwo Tejo. “Ngobrol Apik” mengangkat tema diskusi mengenai pentingnya menebar kebaikan melalui budaya dan seni. Hadir dalam acara ini Paslon Cabup–Cawabup nomor urut 01, Dr. Ir. H. Teguh Haryono, MBA, dan Wakil Bupati Hj. Farida Hidayati, SH., MKn., serta sejumlah seniman, cendekiawan, tokoh masyarakat, dan undangan lainnya dari Bojonegoro.

Kebudayaan sebagai Kebaikan dalam Kehidupan

Dalam sambutannya, Dr. Aris menjelaskan bahwa acara ini merupakan upaya mengedukasi masyarakat tentang makna kebaikan dalam konteks budaya lokal. “Ngobrol Apik ini bertujuan untuk meresapi kebaikan yang terkandung dalam kebudayaan Bojonegoro. Melalui acara ini, kami ingin menyampaikan bahwa seni dan budaya adalah jalan untuk berbagi kebaikan,” ujarnya.

Di sela-sela diskusi, sesi tanya jawab diadakan untuk membuka ruang dialog antara seniman, budayawan, dan tokoh masyarakat yang hadir. Sujiwo Tejo, sebagai pembicara utama, menekankan pentingnya seni sebagai sarana kebijaksanaan dan kebaikan, terutama dalam masyarakat yang kerap terpolarisasi oleh perbedaan pandangan. “Seni dan budaya memiliki pola dan ritme tersendiri dalam menebarkan kebaikan. Yang penting adalah menjaga esensinya, bukan sekadar bentuk luarnya,” katanya.

Pentingnya Kesetiaan dan Kejujuran dalam Kepemimpinan

Sujiwo Tejo menyampaikan pandangan filosofisnya, mengibaratkan kesetiaan manusia seperti sosok Rahwana, yang meskipun berkepala sepuluh, tetap setia hanya kepada satu tujuan. "Kesetiaan Rahwana kepada Dewi Sinta adalah lambang teguhnya pendirian. Itulah jiwa kepemimpinan yang setia dan tidak mudah terpengaruh. Sejarah, pada akhirnya, akan mengapresiasi kejujuran dan keteguhan," ungkapnya.

Politik dan Kebijaksanaan: Kebaikan dalam Keberagaman

Baca juga:

Cabup Teguh Haryono, yang juga hadir sebagai koordinator Daulat Budaya Nusantara, menyampaikan pandangannya mengenai politik sebagai alat memanusiakan manusia. Ia menegaskan bahwa politik bukan sekadar arena perebutan kekuasaan, tetapi seharusnya menjadi medium menyebarkan kebaikan. "Politik adalah seni menebar kebaikan dalam keberagaman. Jangan anggap politik selalu negatif, karena pada dasarnya ia adalah seni kebijakan yang beraneka warna," kata Teguh.

Seni dan Gramatika Budaya

Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta, Choirul, bertanya kepada Sujiwo Tejo tentang makna gelar dan profesi. Sujiwo menjawab dengan candaan filosofis, “Saya masih mencari siapa diri saya sesungguhnya. Gelar dan profesi hanyalah label sementara; makna sejati ada dalam perjalanan pencarian diri.”

Pertanyaan lain mengenai gramatika budaya ditanggapi Sujiwo dengan mendalam. Ia menyebut gramatika sebagai “matematika seni” dalam memahami pola dan nada dalam musik tradisional, seperti rebab dan gamelan. “Dalam musik, seperti gramatika, ada pola yang memungkinkan nada berbeda dapat berpadu menjadi harmoni,” jelasnya.

Musik sebagai Cerminan Kebijaksanaan

Seorang seniman lain, Andri, menambahkan bahwa musik adalah perwujudan matematika dalam budaya. Ia menilai bahwa seni musik mampu menciptakan perpaduan yang menyentuh aspek emosional manusia, baik dalam kesedihan maupun kebahagiaan. “Musik itu seperti bahasa universal yang bisa menyatukan emosi dan pemahaman kita akan kehidupan. Ia mengajarkan kita membaca pola dan mencari keseimbangan dalam kebaikan,” tutup Andri.

Acara “Ngobrol Apik” ini membawa suasana syahdu di Bojonegoro. Dengan suasana yang akrab dan penuh makna, para hadirin menikmati pembacaan puisi karya Siswo Nurwahyudi berjudul Wong Jowo, yang menggambarkan ketulusan hidup orang Jawa.

Budi Hartono

Share :