Bojonegoro - ' Ketika tongkat estafet kepemimpinan daerah berpindah tangan, sejatinya yang diharapkan masyarakat bukan sekadar pergantian nama atau wajah, tetapi perubahan kultur birokrasi secara menyeluruh. Bojonegoro kini memiliki sosok baru di kursi tertinggi, yakni Bupati H. Setyo Wahono. Namun pertanyaan yang terus menggelayut di benak publik adalah: beranikah pemimpin baru ini memutus rantai warisan birokrasi yang selama ini dinilai menghambat kemajuan?
Tidak bisa dipungkiri, ada pola yang terus berulang dari masa ke masa, pola yang menjadikan pelayanan publik sebagai ladang transaksional, bukan instrumen pengabdian. Dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan, tak sedikit yang tersandera oleh skema ‘pengkondisian’ dan tarik-menarik kepentingan. Di ruang-ruang rapat yang semestinya menjadi forum teknokratis, justru berlangsung manuver-manuver sunyi yang merusak keadilan dan meritokrasi.
Inilah saatnya Bupati H. Setyo Wahono menunjukkan arah keberpihakannya. Apakah akan teguh berdiri di sisi rakyat yang menginginkan pemerintahan bersih, atau justru terjebak dalam kubangan kompromi dengan sistem lama yang perlahan menggerogoti kredibilitas pemerintahan' ? Naudzubillah, jangan sampai itu terjadi.
Masyarakat Bojonegoro tidak butuh retorika yang dikemas rapi. Mereka membutuhkan tindakan nyata penyegaran menyeluruh dalam jabatan teknis, evaluasi kinerja berbasis integritas, dan yang paling penting, ketegasan dalam memotong rantai permainan di balik meja. Karena jika tidak segera dibersihkan, warisan itu akan terus menjadi benalu yang menghambat arah kemajuan.
Baca juga:
Bupati H. Setyo Wahono punya peluang dan kekuasaan untuk memperbaiki wajah birokrasi Bojonegoro. Tapi peluang itu tidak datang dua kali. Dan kekuasaan itu akan diuji, bukan oleh lawan politik, melainkan oleh keberaniannya menghadapi sistem warisan yang selama ini menjelma menjadi ‘raja kecil’ dalam tubuh pemerintahan.
Bojonegoro menaruh harapan besar di pundak kepemimpinan ini. Kini waktunya membuktikan bahwa perubahan bukan sekadar janji, tapi bisa menjadi aksi. Saatnya melangkah tegas, menorehkan sejarah baru, dan menjadi sosok pemimpin yang dikenang bukan karena jabatan, melainkan karena keberanian membawa Bojonegoro ke arah yang lebih terang.
Tulisan ini merupakan cermin harapan rakyat terhadap hadirnya kepemimpinan yang progresif, bersih, dan berani mengambil risiko demi perubahan nyata. Bojonegoro butuh transformasi birokrasi, dan itu hanya bisa diwujudkan jika pucuk kepemimpinan berani mengambil keputusan di luar zona nyaman.
Semoga Bapak Bupati memahami suara hati rakyat yang tercermin dalam kegelisahan ini, agar Bojonegoro dapat tumbuh menjadi daerah yang bahagia, makmur, dan membanggakan, sebagaimana yang Bapak cita-citakan.
REDAKSI