Home Daerah

Bojonegoro Rayakan Hari Jadi ke-348 dengan Semangat Sinergi dan Refleksi Sejarah Panjang

by Media Rajawali - 20 Oktober 2025, 17:14 WIB

  • Oleh : Budi Hartono 

Bojonegoro, — Di bawah langit cerah Bojonegoro, alun-alun kota berubah menjadi lautan warna dan semangat kebersamaan. Ribuan warga, pejabat daerah, dan undangan resmi hadir dalam upacara peringatan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-348 yang digelar bersamaan dengan peringatan Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur, Senin pagi (20/10/2025).

Perayaan tahun ini mengusung tema “Bersinergi untuk Bojonegoro Mandiri”, yang seirama dengan tema Hari Jadi Provinsi Jawa Timur, “Jatim Tangguh, Terus Bertumbuh.” Kedua tema tersebut menggambarkan semangat yang sama, membangun kekuatan kolektif melalui sinergi lintas elemen masyarakat.

“Kemajuan tidak pernah lahir dari kerja sendiri, melainkan dari sinergi seluruh unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, media, dan komunitas,” tegas Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, dalam amanatnya. Ia menekankan bahwa peringatan hari jadi bukan sekadar seremoni, melainkan momentum refleksi atas perjalanan panjang sejarah daerah dan pijakan untuk melangkah ke masa depan yang lebih mandiri dan berdaya.

Dalam sambutannya, Bupati Wahono menyinggung akar sejarah panjang Bojonegoro yang telah tumbuh dari tanah perjuangan, ketekunan, dan kebersamaan. “Dari masa Majapahit hingga Mataram Islam, dari Kadipaten Jipang hingga menjadi Kabupaten Bojonegoro pada 20 Oktober 1677. Bojonegoro adalah simbol daya tahan dan keteguhan rakyatnya,” ujarnya.

Baca juga:

Ia menambahkan, nilai-nilai luhur yang diwariskan leluhur seperti semangat berdaulat, pantang menyerah, dan gotong royong harus terus hidup dalam denyut pembangunan masa kini. “Warisan itu bukan sekadar cerita masa lalu, tapi energi moral yang menuntun langkah kita hari ini,” lanjutnya.

Bupati juga mengaitkan perjalanan Bojonegoro dengan sejarah Provinsi Jawa Timur. Sejak berdirinya pemerintahan provinsi pada 12 Oktober 1945 di bawah kepemimpinan Gubernur R.M.T. Suryo, Jawa Timur dan Bojonegoro tak hanya terhubung secara geografis, tetapi juga emosional dan historis. “Ini adalah bentangan sejarah panjang yang mengajarkan arti perjuangan, pengorbanan, dan pengabdian,” ungkapnya.

Memasuki usia 348 tahun, Bojonegoro meneguhkan diri sebagai daerah strategis dalam dua sektor vital: pangan dan energi. Namun, di balik kemajuan tersebut, tantangan besar tetap membayangi. Pemerintah daerah kini fokus pada percepatan pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta pemerataan pembangunan agar pertumbuhan ekonomi dirasakan secara inklusif oleh seluruh lapisan masyarakat.

  • “Momentum HJB ke-348 harus menjadi titik tolak untuk memperkuat sinergi pembangunan. Setiap program pemerintah harus mampu menyentuh dan mengubah kehidupan masyarakat,” ujar Bupati Wahono menegaskan.

Usai upacara, rangkaian acara dilanjutkan dengan pembukaan Museum Rajekwesi, simbol baru pelestarian sejarah lokal Bojonegoro. Dalam kesempatan yang sama, pemerintah daerah juga menyerahkan penghargaan kepada 26 tokoh masyarakat berprestasi dari berbagai bidang, serta penghargaan bagi wajib pajak terbaik, desa teraktif tahun 2025, dan kelompok percepatan pelunasan PBB-P2 tingkat kecamatan dan kelurahan.

Bupati menyebut bahwa penghargaan tersebut bukan sekadar bentuk apresiasi, melainkan dorongan agar semangat partisipasi masyarakat dalam membangun Bojonegoro terus tumbuh. “Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Pembangunan akan berhasil jika seluruh elemen berperan aktif,” ujarnya menutup sambutan.

Peringatan Hari Jadi Bojonegoro ke-348 bukan sekadar kilas balik sejarah, melainkan peneguhan arah masa depan. Di tengah dinamika zaman dan tantangan pembangunan yang kian kompleks, Bojonegoro tampak berupaya mengharmonikan masa lalu yang sarat makna dengan cita-cita menuju daerah yang mandiri, tangguh, dan berdaya saing.

Share :