- Oleh : Budi Hartono
Bojonegoro – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro terus memperkuat komitmen dalam upaya menekan angka kemiskinan melalui program Gerakan Beternak Ayam Petelur Mandiri (GAYATRI). Sebagai langkah strategis, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) menggelar Training of Facilitator (ToF) bagi ratusan pendamping program, yang secara resmi dibuka di Pendopo Malowopati, Rabu (1/10/2025).
Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, hadir langsung meninjau kandang percontohan ayam petelur di lingkungan pendopo. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa GAYATRI merupakan inovasi kepemimpinan Bupati Setyo Wahono bersama dirinya pada tahun 2025.
- “Program ini menjadi wujud nyata keberpihakan pemerintah terhadap keluarga miskin. Sesuai rencana APBD 2025, sebanyak 400 keluarga penerima manfaat (KPM) telah ditetapkan di 10 desa pada lima kecamatan. Sementara melalui P-APBD, jumlah itu akan diperluas hingga 5.000 KPM,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nurul Azizah menjelaskan bahwa GAYATRI berjalan melalui berbagai skema. Pendanaan berasal dari APBD induk, P-APBD, alokasi Dana Desa (DD) untuk ketahanan pangan, serta kontribusi corporate social responsibility (CSR) perusahaan. Jika seluruh desa konsisten mengalokasikan program ini, potensi penerima manfaat bisa mencapai 9.400 keluarga.
Baca juga:
Selain GAYATRI, Pemkab juga meluncurkan program Domba Kesejahteraan yang menyasar 1.200 KPM, serta program Kolega sebagai penguatan tambahan di sektor peternakan. “Melalui pendampingan yang menyeluruh, kami berharap masyarakat bukan hanya keluar dari kemiskinan, tetapi juga menjadi lebih mandiri dan sejahtera,” tegasnya.
Sekretaris Disnakkan Bojonegoro, Elfia Nuraini, dalam laporannya menyampaikan bahwa ToF digelar secara hybrid, yakni daring dan luring, terbagi dalam 4 gelombang dengan 16 angkatan. Kegiatan berlangsung mulai 3 hingga 24 Oktober 2025 melalui kerja sama dengan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu.
- “Sebanyak 560 peserta mengikuti pelatihan ini, terdiri dari perwakilan desa, kelurahan, kecamatan, dan pendamping peternakan. Tujuannya agar mereka memiliki keterampilan mendampingi warga secara efektif, efisien, serta inspiratif,” jelas Elfia.
Keberhasilan program ini mulai terlihat ketika Kelompok Tani Ternak Sumber Unggas Jaya di Desa Margomulyo, Kecamatan Balen, meraih juara pertama tingkat Jawa Timur dalam kategori manajemen kelompok agribisnis unggas. Prestasi itu, menurut Elfia, tidak hanya mengangkat nama Bojonegoro, tetapi juga menjadi model pendampingan GAYATRI dari hulu hingga hilir.
Melalui ToF, para fasilitator diharapkan mampu memastikan kualitas pendampingan: mulai dari kondisi kandang, ketersediaan pakan, hingga pengelolaan kesehatan ayam. Harapan besarnya, program ini dapat bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi masyarakat desa sekaligus memperkokoh ketahanan pangan daerah.
Dengan basis pendampingan yang terstruktur dan dukungan lintas sektor, Pemkab Bojonegoro optimistis GAYATRI akan menjadi program berkelanjutan yang bukan hanya menambah jumlah ayam petelur, tetapi juga membuka jalan menuju kemandirian ekonomi keluarga miskin, serta pada akhirnya menurunkan angka kemiskinan secara signifikan di Bojonegoro.