Home Daerah

Bojonegoro Awasi Dugaan Pencemaran Bengawan Solo, Hasil Uji Lab Tunggu Awal Oktober

by Media Rajawali - 30 September 2025, 16:16 WIB

  • Oleh : Budi Hartono

Bojonegoro – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro memperketat pemantauan kualitas air Bengawan Solo setelah mencuat dugaan pencemaran di aliran sungai terbesar di Jawa tersebut. Saat ini, pemerintah daerah masih menunggu hasil uji laboratorium yang dijadwalkan keluar pada 8 Oktober 2025.

Kepala DLH Bojonegoro, Luluk Alifah, menjelaskan bahwa langkah ini ditempuh setelah adanya aduan warga terkait perubahan warna air. Sebagai tindak cepat, DLH mengambil sampel air permukaan di Bendung Gerak Kalitidu (S. 07° 08'05.64" E. 111° 49'55.57"). Proses pengujian dilakukan di laboratorium terakreditasi di Surabaya, sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang baku mutu air sungai.

  • “Estimasi hasil uji keluar dalam 10 hingga 14 hari kerja, sehingga pada 8 Oktober kita sudah bisa mengetahui kondisi sebenarnya,” ujar Luluk.

Selain uji laboratorium, DLH Bojonegoro mengandalkan data Online Monitoring System (ONLIMO) yang dikelola Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Berdasarkan pemantauan stasiun KLHK59 di Padangan, tren mutu air selama 16–22 September 2025 menunjukkan status tercemar ringan hingga sedang. Pada 27 September, kondisi air tercatat dalam kategori tercemar sedang.

Baca juga:

Meski secara kasat mata air Bengawan Solo tampak kembali normal dan tidak lagi berwarna hitam, hasil pemantauan menunjukkan pencemaran masih terjadi. “Secara visual memang sudah lebih jernih, tetapi data ONLIMO mengindikasikan status cemar sedang,” jelas Luluk.

Sebagai bagian dari langkah penanggulangan, DLH Bojonegoro telah melaporkan kondisi ini kepada DLH Provinsi Jawa Timur, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, serta Balai Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup di Surabaya. Koordinasi juga dilakukan dengan DLH Kabupaten Ngawi, yang wilayahnya menjadi bagian hulu Bengawan Solo.

Informasi yang diterima menunjukkan bahwa pencemaran telah terdeteksi sejak masuk ke wilayah Ngawi. Dengan demikian, Bojonegoro sebagai daerah hilir turut merasakan dampak langsung.

  • “Bengawan Solo adalah sumber kehidupan masyarakat. Karena itu kami berkomitmen memastikan kondisi air tetap aman untuk kebutuhan warga. Prinsipnya sederhana: bila hulu bersih, maka hilir juga akan bersih,” tegas Luluk.

Hasil uji laboratorium pada awal Oktober diharapkan memberi gambaran lebih akurat mengenai tingkat pencemaran sekaligus menjadi dasar tindak lanjut. Hingga saat itu, Pemkab Bojonegoro akan terus mengintensifkan pemantauan serta menyiapkan langkah mitigasi bersama instansi terkait.

Share :