Home Opini

Banyak Teman, Banyak yang Menjatuhkan? Realitas Pertemanan di Tahun 2025

by Media Rajawali - 10 Februari 2025, 01:58 WIB

Oleh: Mediarajawali.id

Dulu, kita sering mendengar pepatah "Banyak teman, banyak saudara." Sebuah ungkapan yang mencerminkan pentingnya persahabatan dalam kehidupan sosial. Namun, di tahun 2025 ini, tampaknya makna pertemanan mulai bergeser. Kini, banyak orang justru merasa bahwa semakin banyak teman, semakin besar pula kemungkinan dikhianati atau dijatuhkan.

Fenomena ini terlihat jelas di berbagai aspek kehidupan, baik di dunia kerja, bisnis, maupun media sosial. Banyak orang yang awalnya dianggap sahabat, justru berubah menjadi pesaing yang siap menikam dari belakang demi kepentingan pribadi.

Di era digital seperti sekarang, persaingan semakin ketat. Dalam dunia kerja, misalnya, tidak sedikit kasus di mana teman sekantor saling menjatuhkan demi mendapatkan promosi atau keuntungan tertentu. Informasi internal sering bocor, bukan karena hacker, tetapi dari kolega sendiri yang ingin mencari keuntungan.

Di dunia bisnis, orang-orang yang awalnya bekerja sama bisa berubah menjadi rival. Persaingan usaha tidak hanya terjadi di antara perusahaan besar, tetapi juga di kalangan teman dekat yang berlomba-lomba mencari peluang lebih baik. Tidak jarang, ide bisnis seseorang ditiru atau bahkan diambil alih oleh orang yang dianggap teman.

Media sosial seharusnya menjadi sarana untuk mempererat hubungan. Namun, justru di platform inilah banyak orang mengalami pengkhianatan. Tak sedikit kasus di mana seseorang membagikan cerita pribadi kepada teman, tetapi malah berakhir menjadi bahan gosip atau fitnah.

Fenomena "toxic friendship" semakin marak. Banyak orang yang berpura-pura menjadi teman, tetapi diam-diam menyimpan rasa iri dan mencari celah untuk menjatuhkan. Bahkan, di dunia influencer, persaingan semakin tak sehat. Ada yang rela membeli bot untuk menjatuhkan akun orang lain, menyebarkan berita hoaks, atau bahkan menjatuhkan reputasi sesama kreator.

Baca juga:

Ada beberapa alasan mengapa pertemanan di tahun 2025 menjadi lebih rapuh dan penuh persaingan:

1. Mentalitas Kompetitif Berlebihan – Banyak orang merasa harus selalu unggul, bahkan jika itu berarti menjatuhkan orang lain.

2. Kurangnya Kepercayaan – Pengalaman dikhianati membuat orang sulit membangun hubungan yang benar-benar tulus.

3. Media Sosial sebagai Medan Pertarungan – Banyak orang yang lebih peduli dengan citra digital daripada hubungan nyata, sehingga pertemanan sering kali hanya sebatas kepentingan.

4. Materialisme yang Kuat – Pertemanan sering diukur berdasarkan manfaat yang bisa didapat, bukan ketulusan.

Meski fenomena ini semakin nyata, bukan berarti pertemanan sejati sudah punah. Masih ada orang-orang yang benar-benar tulus, tetapi jumlahnya semakin langka. Mungkin, inilah saatnya untuk lebih selektif dalam memilih teman.

Di tahun 2025 ini, kita perlu kembali ke makna pertemanan yang sesungguhnya: saling mendukung, bukan saling menjatuhkan. Jika dulu "banyak teman, banyak saudara," maka sekarang mungkin yang lebih tepat adalah "lebih baik sedikit teman, asalkan setia."

Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda masih percaya dengan pertemanan sejati di era sekarang?

REDAKSI 

Share :